Monthly Archives: April 2007

80 Tahun MSF Kalimantan dalam slideshow

Dapat didownload di sini :

http://rapidshare.com/files/20233121/80_Tahun_MSF_Kalimantan.ppt (83.950 KB)

http://rapidshare.com/files/27393567/80_years_MSF_Kalimantan_versi_english.ppt (84.029 KB)

Selamat Ulang Tahun Konfrater Sekalian

April
04 1978 Amtono, Yohanes (Fr)
12 1957 Lahajir, Yuvenalis (P)
12 1965 Salianus Hendisaputra, Fransiscus (P)
20 1966 Huvang Ajat, Lukas (P)
21 1984 Andi Hasti (Fr)
22 1979 Lekyanto Hayon, FX (Fr)
25 1983 Ndagur Huma, Erminus (Fr)
30 1976 Prillion, Petrus (P)
31 1983 Roka, Yonas (Fr)

Mei
11 1985 T.Tiro Mayolus (Postulan)
11 1982 Labaruing, Ambrosius (Postulan)
17 1977 Kosmas Boli Tukan, Krispinus (P)
17 1973 Stanley Robinson, Genial (P)
23 1971 Syamsudin, Gergorius (P)
24 1984 Hurmali, Tarsisius (Fr)
26 1967 Doni Tupen, Agustinus (P)
30 1940 Pfeuffer, Willibald (P)

Juni
01 1984 Ping Poto, Petrus (Postulan)
02 1971 Garinsingan, Antonius (P)
03 1986 Naben, Mikhael (Postulan)
05 1986 Meol, Marselinus (Postulan)
05 1985 Valeriana Serau, Yohanes (Postulan)
07 1987 Jewaru, Meinradus (Novis)
11 1951 Sumantoro Pranjono, Fransiscus (P)
22 1963 Yan Olla, Paulinus (P)
24 1987 Amsiria, Yohanes (Postulan)
28 1958 Liu Fut Khin, Aloysius (P)
29 1987 Emanuel Fay, Paulus (Postulan)

Dari Provinsial

“ … Ya Tuhan, panggillah kaum muda kami
Untuk berkarya di Kebun Anggur-Mu,
Tetapi jangan anakku, ya Tuhan …”

ProvinsialSepotong kalimat “doa” yang sering kali dipakai sebagai sebuah anekdot yang menggambarkan ketidakrelaan orang tua untuk melepas anaknya masuk seminari atau biara. Ketidakrelaan itu mempunyai banyak dan beragam alasan. Ketika ketidakrelaan itu bertemu dengan keengganan kaum muda sendiri untuk masuk seminari atau biara, maka lengkaplah argumentasi untuk mengatakan bahwa tidak ada yang masuk seminari atau biara. Itu berarti anggota seminari atau biara tidak akan bertambah; pekerja di Kebun Anggur Tuhan tidak bertambah.

Ketidakrelaan dan keengganan memang bukan merupakan satu-satunya alasan tidak bertambahnya anggota seminari/biara. Ada sejumlah orang muda yang dengan penuh semangat datang ke Seminari/Biara dan mengetuk pintu dengan penuh keyakinan. Mereka datang dengan semangat berkobar untuk menjalani panggilan Tuhan yang mereka rasakan dan yakini. Hanya saja semangat dan keyakini itu harus dibuktikan dan diikuti dengan kemampuan pribadi yang memadai. Mereka harus menjalani sejumlah tes masuk dan sejumlah wawancara-wawancara pribadi. Ketika semuanya dapat dijalani dengan baik, maka mereka akan diterima sebagai anggota baru di Seminari.

Proses untuk akhirnya sungguh dapat menjadi pekerja di Kebun Anggur Tuhan belumlah selesai dengan keberhasilan mengikuti test dan wawancara-wawancara awal. Proses masih harus dijalani selama pendampingan dan pendidikan di seminari/biara. Di Kongregasi Misionaris Keluarga Kudus (MSF) keseluruhan proses dijalani mulai dari tahap Postulat (tahun penjajakan yang berlangsung selama 1 atau 2 tahun), Novisiat (tahun penggemblengan hidup rohani yang berlangsung selama 1 tahun) dan Skolastikat (tahun seminari tinggi yang berlangsung selama 7 tahun untuk belajar filsafat dan teologi). Dalam keseluruhan proses yang tidak pendek itu orang-orang muda yang penuh semangat dan keyakinan itu di dampingi dan dipersiapkan untuk akhirnya sungguh siap menjadi pekerja di Kebun Anggur Tuhan yang handal, sebagai seorang Imam atau Bruder MSF. Ketika dalam keseluruhan atau sebagian proses tersebut orang-orang muda itu sampai pada kesimpulan bahwa mereka ternyata tidak mampu, entah dari sudut intelektual ataupun dari sudut kemampuan kepribadian untuk menjalani kehidupan khusus ini, maka mereka akan dibantu oleh para formator mereka untuk mengambil keputusan keluar dari pintu seminari/biara yang dulu mereka ketuk. Dengan demikian jumlah anggota pekerja di Kebun Anggur Tuhan juga tidak akan bertambah.

Mungkin akan ada yang protes : “Mengapa prosesnya harus dibuat sedemikian panjang dan berat, sehingga semangat dan keyakinan itu harus berhenti di tengah jalan?” Sekilas protes itu terdengar benar. Tetapi ketika kita harus berhadapan dengan fakta bahwa dunia dan Gereja sekarang ini berkembang dengan pesat; ketika umat menjadi semakin banyak yang pandai, juga dalam bidang rohani, tuntutan bagi para Imam dan Bruder serta calon-calonnya juga semakin berat. Dunia, Gereja dan Umat akan protes keras jika para Imam dan Brudernya hanya menyandang predikat sebagai Imam dan Bruder tanpa bisa berbuat banyak menjawab tantangan jaman dan kebutuhan Umat.

Ketidakrelaan, keengganan dan ketidak-mampuan orang muda Gereja untuk memilih dan menghidupi jalan hidup sebagai Imam atau Bruder (dan Suster bagi yang Putri) merupakan realita pahit yang sekarang ini mulai dialami oleh Gereja Katolik, mulai dari Eropa sampai di Indonesia. Semakin hari, semakin banyak seminari dan biara yang kosong dan akhirnya dengan berat hati harus ditutup. Entah kapan seminari atau biara itu dapat dibuka lagi. Sebagian terbesar bahkan sudah dialihfungsikan atau bahkan dibongkar sama sekali dan dibangun sesuatu yang baru. Akankah realita pahit itu segera berakhir dan berubah menjadi fajar harapan yang indah; ataukah relaita pahit itu akhirnya semakin menjadi tajam dan menjadi mimpi buruk yang berkepanjangan? Adalah kita bersama yang diajak untuk berani menjawabnya; Adalah kita bersama yang diajak mengucapkan penggalan doa di atas, tanpa harus diembel-embeli dengan anak kalimat “…Tapi jangan anakku ya Tuhan…”; Adalah kita bersama yang diajak untuk mewujudkan fajar harapan yang indah itu. Semoga.

Tugas Kenabian sebagai Rasul

Sesuatu yang istimewa terjadi di Keuskupan Agung Samarinda (KASRI) dalam mengawali tahun baru 2007 adalah berkumpulnya para imam dan biarawan-biarawati yang berkarya di keuskupan ini. Para religius ini berkumpul bukan sekedar berkumpul dan lepas bebas dari berbagai tugas selama sepekan tetapi mereka berkumpul untuk mengikuti retret yang sudah diagendakan oleh pihak keuskupan. Disebut istimewa karena KASRI sendiri menyebut tahun 2007 sebagai tahun rahmat, di mana Keuskupan Agung Samarinda akan merayakan 100 tahun karya misi Gereja Katolik khususnya di wilayah Kalimantan Timur.

Dalam tahun rahmat itulah kegiatan retret para religius ini ditempatkan dan coba dimaknai. Bertepatan dengan tahun rahmat itupula pihak keuskupan mengambil tema yang cukup relevan sebagai bahan permenungan bagi para religius yang berkarya di keuskupan ini yakni ”Tugas Kenabian sebagai Rasul”. Retret yang berlangsung dari tanggal 22-27 Januari 2007 ini di dampingi oleh seorang pakar Kitab Suci dan secara khusus memang mendalami kitab Nabi-nabi yaitu Sr. Gratiana, PRR. Sehingga tidak diragukan lagi bahwa para peserta retret akan dituntun (diobok-obok) untuk semakin memaknai arti tugas dan karya perutusannya di Keuskupan ini.

Meski ada sedikit keluhan dari Sr. Gratiana atau sederhananya ada semacam keberatan untuk mengisi retret ini pertama-tama karena merasa tidak biasa mendampingi para imam apalagi retret ini diikuti jugaoleh Bapak Uskup Samarinda. Namun keluhan itu, tidak lebih dari kerendahan hati seorang suster. Dan memang benar, sebagaimana yang direfleksikan oleh suster sendiri: ” Maka saya tidak terlalu berkecil hati karena keterbatasan dan kelemahan yang akan muncul dalam renungan-renungan nanti, sebaliknya bahwa melalui kesempatan ini, barangkali Tuhan menghadirkan saya di sini, untuk menghadirkan dan menyuarakan sesuatu dari dalam yang paling lemah dan paling kecil. Maka persoalannya bukan bagaimana pendamping retret menghantar para peserta retret ke tujuan yang masing-masing ingin capai, melainkan bagaimana kita yang hadir di sini, meminta Roh Kudus untuk bekerja keras pada setiap kita, sehingga dapat menyingkap rahasia Allah, pesan-pesan-Nya, saspaan-Nya, melalui figur, kata-kata dari orang lemah yang ada sekarang di antara kita sekarang.”

Selaku pendamping retret Sr. Gratiana PRR mengajak para peserta untuk merefleksikan arti dan makna pertusan nabi Yeremia yang kemudian ditempatkan dalam konteks zaman sekarang khususnya di wilayah KASRI. Terutama berkaitan dengan refleksi menyongsong Perayaan Syukur 100 tahun karya misi Gereja di wilayah Kaltim ini, bagaimana para misionaris pendahulu bersama umat perdana di wilayah ini menabur benih sabda Allah dan akhirnya secara perlahan dan pasti berkembang seperti sekarang bahkan sudah terbagai dalam empat keuskupan.

Dengan merenungkan tugas kenabian tentu yang mau ditegaskan kembali di sini adalah para nabi pertama-tama dipanggil dan diutus secara ajaib, tidak dikatakan dengan jelas, kapan mereka dididik untuk menjadi nabi (kecuali nabi Yeremia) mereka kemudian diutus atas nama Tuhan untuk tanggap terhadap situasi yang penuh kritis, krisis, baik dalam masalh sosial, politik, penindasan dan terlebih pada aspek religius (raja tidak setia pada perjanjian). Ringkasnya menjadi berarti menyampaikan sabda Allah, ikut menyuarakan keprihatinan Allah akan penderitaan umat-Nya.

Maka kalau tugas kenabian dilaksanakan sebagai rasul, itu sama saja bahwa seorang rasul diutus untuk mewartakan firman Allah, tidak hanya menanggapi situasi yang penuh kritis, tetapi di sana sang rasul mewartakan sambil meletakkan sebuah fondasi dasar yang memungkin orang bertumbuh sebagai kelompok orang beriman. Sang rasul perlu mengajar, menuntun umat yang telah menerima Firman Allah, kesuatu masa depan yang tetap berpengharapan akan Hidup Kekal.
Lebih lanjut Sr. Gratiana menguraikan bahwa yang syarat untuk yang dibutuhkan oleh seorang rasul adalah harus menjadi murid Yesus., bahkan perlu menjadi ”murid terkasih”, sebagaimana yang dikisahkan dalam injil Yohanes. Bagaimana pun orang tidak akan berhasil menjadi rasul bila belum sempat menjadi murid Yesus. Syarat untuk menjadi murid pun ternyata tidak mudah, karena setiap orang ditantang dalam pergumulan panggilannya sendiri, bahkan seorang Petrus yang sudah sekian lama hidup bersama Yesus, dan dia sendiri telah lama merasa sebagai nurid dan rasul dan sedemikian mantap, tetapi pada suatu saat dia merasa bingung siapakah Yesus itu sebenarnya?. Ketika Yesus ditangkap dan Petrus mencoba membela Yesus dengan memotong telinga salah seorang yang mau menangkap Yesus, ternyata Yesus marah pada perbuatan Petrus, karena yang dilakukannya ternyata tidak sesuai dengan yang dikehendaki Yesus. Petrus akhirnya menjawab di dekat ruang pengadilan: ” Aku tidak mengenal Dia…, karena gambarannya jauh dari Yesus yang sebenarnya. Maka walaupun kita sudah mapan dengan kerasulan kita… Mari kita relahkan diri untuk merenung dan mencarai kehendak Tuhan, dengan bertanya : bagaimana menjadi murid dan rasul pemberita injil? Untuk itu ”BIARKANLAN ROH TUHAN BEBAS MENYAPA DAN BEKERJA PADA MASING-MASING KITA,MELALUI SATU SAMA LAIN”.

Berita dari Domus Ampah

Sesuai dengan jadwal yang telah disepakati bersama, anggota Domus Ampah berkumpul di Pastoran Buntok pada 13 – 15 Maret. Sejak siang menjelang sore, berdatanganlah P. Stahl, sang misionaris Muara Teweh ; P. Mohr, sang penjelajah Patas dan penguasa PLP Putai Idi ; P. Atsui dan P. Marian, kedua punggawa Ampah. Kami berdua, P. Kasmir dan P. Yamrewav, bagai Gupala menunggu dan menyambut kedatangan konfrater sekalian tersebut dengan senyum lebar mengembang (sampai sobek bibirnya).

Pertemuan langsung dibuka dengan santap malam bersama. Rencananya akan dibuka dengan doa sore, tapi apa mau dikata, ada beberapa umat yang ingin bersua dengan para pastor sehingga tidak dapat doa sore. Setelah santap malam, kami membicarakan acara untuk esok harinya, lalu ditutup dengan Completorium yang dipimpin oleh biduan Barito, P. Kasmir.

Pagi menjelang, fajar merekah, berkumandanglah madah pujian pagi dari para misionaris di ruangan atas pastoran. Setelah sarapan, pembicaraan dimulai. Pokok pembicaraan adalah bahan persiapan kapitel jendral. Bahan yang disampaikan oleh panitia persiapan pusat yang dimuat dalam MSF Intern, kami bahas satu per satu, dengan penekanan pada tiga bahan terakhir. (laporan selengkapnya sudah kami kirim ke Provinsialat. Kalau ingin tahu, boleh bertanya kepada Pater Provinsial atau Pater Sekretaris Provinsi)

Sore hari, setelah mengadakan iuran wajib, acara kami lanjutkan dengan misa sore bersama yang dipimpin oleh yang mulia tuan pastor tamam, P. Mohr. Ini memang disepakati dan disengaja karena beliau besok berulang tahun ke-70. Pastor tamam meminta kasula putih walau ini masa pra paskah, dengan alasan karena besok ulang tahun beliau.
Misa dihadiri oleh beberapa umat, sebagian besar ibu-ibu yang memasak selama pertemuan.

Setelah misa, kami kembali ke pastoran. Ternyata kue ulang tahun telah tersedia lengkap dengan dua lilin berangka tujuh puluh. Tak lama kemudian, komunitas susteran SFD Buntok bergabung bersama kami, plus ibu-ibu dan beberapa umat. Jadilah ruang santai pastoran mendadak meriah oleh nyanyian ulang tahun. P. Mohr kami daulat untuk memberi pidato dan memperdengarkan suara emasnya. Selamat ulang tahun Pastor! Semoga sehat selalu dan tetap setia di kebun karet Tuhan. Malam ini ditutup dengan Completorium.

Keesokan harinya, masing-masing pastor meninggalkan Buntok, kembali ke medan karya masing-masing. Semoga perjumpaan dua hari ini semakin menguatkan kita.

Salam dalam Yesus, Maria, dan Yosef.

Berita Domus Banjarbaru

Setelah beberapa bulan yang lalu para anggota domus Banjarbaru mengadakan pertemuan rutin triwulan Maka pada tanggal 13-14 Maret yang lalu para anggota domus Banjarbaru kembali berkumpul di Provinsialat Banjarbaru. Pertemuan ini dihadiri P. Timo, P.Toro, P. Rubidi, P. Felix, P. Doni, P. Siswo, P. Teddy dan P. Ionday. Pertemuan ini sangat serius karena membahas bahan Kapitel Jenderal dan membuat beberapa usulan mengenai bagaimana seharusnya langkah-langkah yang bisa diambil oleh Dewan Jenderal demi perkembangan kongregasi yang tercinta ini. Dalam pertemuan ini, kami juga memilih utusan untuk kapitel luar biasa Provinsi.

Beberapa hal yang menjadi masukan dari domus Banjarbaru untuk para rektor domus atau pemimpin komunitas sesuai dengan pertanyaan dari panitia persiapan kapitel Jenderal yakni Bagaimana seharusnya peran dan tanggung jawab para superior di Komunitas-komunitas Lokal? Para anggota Domus Banjarbaru menyadari bahwa peran seorang pemimpin lokal sangat penting maka seorang pemimpin lokal harus mampu menjalankan peran dan tanggung jawab sebagai koordinator, fasilitator dan mediator di antara para Konfrater ( DP Kalimantan 5.1.2, 5.1.3, 5.1.3a, 5.1.3b, 5.1.3c, 5.2). Setelah mendengar masukan dari para anggota, rektor Domus menyampaikan apa yang menjadi hambatan dalam menjalankan tugasnya diantaranya karena rangkap tugas dan beberapa anggotanya yang tinggal dipastoran dengan beberapa pastor yang berbeda tarekat/kongregasi. Hal inilah yang kadang-kadang membuat program berjalan tersendat-sendat. Dengan demikian Domus Banjarbaru mengusulkan untuk Dewan Jenderal yakni : untuk membangun rumah biara di pusat-pusat Domus (Sampit, Ampah, Sendawar), Kapitel Umum memikirkan adanya pembicaraan antara Jenderalat dan Keuskupan mengenai komunitas campuran (kerjasama antara Jenderalat dan Keuskupan) dan ada kejelasan dari Kapitel Umum mengenai batas-batas teritorial/Yuridis Domus/Provinsi (Exp : Konfrater di Tanjung-Selor).

Pembicaraan lebih hangat lagi ketika membahas tentang Pembinaan para formator dan formandi di masa kini. Menurut anggota Domus Banjarbaru bidang ini sangat tidak diminati dan kadang-kadang dilihat sebelah mata. Hal ini disebabkan karena dari awal mula calon hanya berpikir untuk jadi Pastor yang kerja di Paroki saja. Maka para anggota Domus Banjarbaru mengusulkan untuk Dewan Jenderal agar ada pertemuan tingkat kongregasi khusus untuk para formator (2 tahun sekali) (DU 068), adanya kerja-sama dalam hal pembiayaan pertemuan para formator, ada ahli Formator yang bisa lintas Provinsi, adanya dana solidaritas antar provinsi yang dikelola dengan benar oleh ekonom Jenderalat atau Dewan Moneter Kongregasi dan setiap Provinsi harus menyediakan/menyiapkan jumlah tenaga Formator yang cukup (regenerasi). Maka langkah konkret yang bisa ditempuh adalah penyediaan tenaga formator yang Variatif (kursus/sekolah) dan dalam pembicaraan Kapitel Provinsi harus ada rencana/program menyangkut Formatio dan penyiapan tenaga Formator.

Pada bagian akhir pertemuan dibahas mengenai : perutusan/animasi Missioner MSF saat ini. Menurut anggota Domus Banjarbaru pemaknaan misi harus dimengerti lebih luas lagi seperti pembelaan keadilan dan perdamaian dunia. Perlu ditegaskan lagi mengenai kerasulan missioner yang bersifat kategorial atau pembebasan manusia yang seutuhnya bukan hanya sekedar pembebasan jiwa.

Setelah seharian penuh membahas banyak hal maka pertemuan ditutup dengan completorium dan dilanjutkan rekreasi bersama. Pada keesokan harinya kami konselebrasi bersama dalam misa pagi. Pertemuan masih lanjutkan sampai jam 10 untuk membahas pertemuan para Misdinar dari 3 paroki (Banjabaru, Kelayan dan Veteran) pada tanggal 20 Maret 2007 di Takisung. Tema Temu Misdinar (Penyadaran untuk menjadi Misdinar yang siap sedia dalam Pelayanan).

Temu misdinar. Biar jadi pelayan Tuhan yang baik dan semangat

Disini kami laporkan hasil kegiatan tersebut. Jumlah keseluruhan misdinar dari ketiga Paroki yang ikut sekitar 125 orang. Para pendamping berasal dari masing-masing paroki dengan biaya ditanggung masing-masing paroki. Namun pemberi materi terdiri P. Teddy MSF, P. Doni MSF, P. Ionday MSF dan para seminaris Johaninum. Pertemuan ini semi resmi karena dengan pertimbangan anak-anak akan merasa bosan bila hanya duduk manis maka dalam setiap sesi ada permainan kemudian dari permainan tersebut dijelaskan apa maksudnya. Pertemuan ini sekitar 3 jam kemudian dilanjutkan rekreasi bebas di pantai. Mulai jam 10 pagi selesai jam 14.30.

Berita Domus Sampit

Pembekalan Tim kerasulan keluarga.

Kegiatan rutin pertemuan dalam domus di awal tahun 2007 ini berlangsung di Sampit, dari tanggal 26-28 januari 2007. Semua anggota dalam domus baik dari Palangka Raya, dari Rungan Manuhing, dari Parenggean dan dari Sampit sendiri hadir mengikuti pertemuan ini. Sayang 2 bruder yang masuk dalam keanggotaan domus ini tidak bisa hadir karena kesibukan kuliah.

Dalam pertemuan ini kami melihat bersama dan mengevaluasi kegiatan yang telah berlangsung selama tahun 2006 dan memantapkan secara bersama kegiatan dalam domus selama 2007 antara lain Temu misdinar antar paroki dalam domus tanggal 28-29 april ini di Keuskupan Palangka Raya, serta pertemuan rutin lainnya.

Setelah selesai pertemuan rutin Domus ( 27 Siang) sore hari kegiatan dilanjutkan dengan pembekalan Tim kerasulan keluarga dari paroki-paroki yang berdekatan yang diikuti oleh paroki Palangka Raya, paroki Parenggean, paroki Rantau Pulut dan dari paroki Sampit dengan peserta yang paling banyak. Kegiatan Pembekalan ini didampingi oleh P. Timo MSF dan P. Siswo MSF dari Banjar. Dalam pertemuan ini para peserta diajak melihat hal-hal yang perlu diperhatikan Tim kerasulan keluarga dalam paroki masing-masing dan tema-tema aktual mengenai hidup keluarga yang bisa dibahas bersama. Kegiatan ini berlangsung cukup menarik bagi para peserta sehingga diharapkan ada tindak lanjut dari pertemuan tersebut. Rangkaian kegiatan ini ditutup dengan misa bersama seluruh peserta di Gereja Sampit yang dipimpin P. Timo MSF.

Kapitel Lokal

Bertempat di ruang kerja P. Bethras MSF telah terjadi Kapitel Lokal domus Sampit yang berlangsung dari tanggal 8-9 Maret 2007. Hampir semua peserta dalam domus menghadiri kapitel lokal ini, hanya malam hari minus P. Lukas yang sedang mengurus kesehatannya dan Br. Urbanus karena ada kegiatan di lingkungan. Sedangkan siang hari minus P. Lukas dan Bruder Stanis yang sakit.

Dua agenda yang di bahas dalam pertemuan ini adalah pemilihan utusan untuk kapitel luar biasa propinsi yang berlangsung tanggal 8 malam dan pembahasan bahan untuk kapitel umum tanggal 9 dari pagi sampai siang. Uniknya pertemuan ini adalah pada saat pemilihan utusan Kapitel Propinsi supaya memenuhi kuorum anggota, bruder Stanis yang sedang sakit harus dijemput dengan mobil dari rumah kontrakannya dan setelah selesai pemilihan dikembalikan lagi dengan sangat hati-hati ke rumah. Kami bersama berdoa semoga para anggota yang sakit dan yang sedang dalam pemulihan bisa segera sembuh sehingga dapat kembali menjalankan tugas dan pelayanannya.

P. Cosmas MSF

Mengayau

bagian 3

Hari yang lalu adalah hari penuh keletihan serta ketegangan. Barangkali karena itu saya tertidur. Sebentar saya masih mendengar orang bergerak-gerak di atas tikar mereka, yang dipasang di atas lantai berpapan kasar. Seekor anjing berbaring di sudut dapur dekat api yang hangat. Berulang kali anjing itu menggaruk diri dengan kakinya belakang sambil memukul dengan bunyi keras pada dinding kayu pondok itu sampai seorang bapa berteriak:
“Alapoh, bangsat aso ati”yang berarti: “Berhentilah, anjing bangsat!”
Anjing itu melihat ke arah dari mana suara berasal. Sebentar saya melihat pemantulan cahaya dari api pijar di dalam matanya; ia berderam sebagai tanda ia kurang senang, tetapi kemudian saya tidak mendengar apa-apa lagi. Masih sebentar terdengar anting-anting ketika seorang ibu membaringkan kepalanya ke atas bantal yang kotor; kemudian saya tertidur lelap. Baca lebih lanjut

Mendidik dan Membangun di atas Empat Pilar

Pada tahun 2003 terbit sebuah buku berjudul “HEROIC LEADERSHIP. Best Practices from a 450 Year Old Company that Changed the World”, yang ditulis oleh Chris Lowney. Kemudian pada tahun 2005 diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul “Praktik Terbaik ‘Perusahaan’ Berumur 450 Tahun yang Mengubah Dunia”. Barangkali banyak dari antara kita yang sudah membacanya dan memperoleh sesuatu dari situ.

Pokok perhatian buku ini adalah soal kepemimpinan, lebih khusus lagi kepemimpinan yang diinspirasikan oleh para Yesuit, sejak awal pendirian Serikat Yesus (tahun 1540) sampai dengan detik ini. Disampaikan kepada kita bagaimana sang Pendiri Yesuit, Ignatius de Loyola, dan kelompok awal mewariskan sebuah modus kepemimpinan yang mendobrak trend zamannya, bertahan terus sampai sekarang, dan mulai mencuat sebagai trendsetter model kepemimpinan zaman ini. Ada empat prinsip yang ditawarkan mengenai kepemimpinan: kita semua memimpin sepanjang waktu, maka kita adalah pemimpin; kepemimpinan timbul dari dalam; kepemimpinan adalah cara hidup, the way of life; menjadi pemimpin adalah proses pengembangan diri terus menerus. Model kepemimpinan seperti ini disebut corporate culture, yang meyakini bahwa kepemimpinan tidak dibatasi oleh kesempatan, tetapi oleh mutu respons seseorang. Kepemimpinan seperti ini dikembangkan dan dibangun atas dasar empat pilar yang oleh para Yesuit disebut nuestro modo de proceder (the way we do things). Baca lebih lanjut

Spiritualitas Pembina Kaum Muda Katolik

SPIRITUALITAS: BERAWAL DI PERANCIS

Dewasa ini “spiritualitas” merupakan sebuah istilah yang sangat populer, khususnya dikalangan orang Kristen. Sebagai istilah, Spiritualitas muncul pertama kali di Prancis yang sudah digunakan abad 17 dikalangan lingkungan Katolik. Perkembangan selanjutnya pemakaian istilah Spiritualitas sudah meluas kepada orang kristen lainnya, termasuk orang-orang Protestan Evangelis. Demikianlah dimana-mana orang berbicara dan merasa membutuhkan suatu Spiritualitas. Tokoh-tokoh tertentu teologi Pembebasan mengadakan kritik diri dan mengakui bahwa teologi tersebut memerlukan suatu spiritualitas.

Menurut Hans Urs von Balthasar, Spiritualitas adalah sikap dasar praktis atau eksisitensial manusia yang merupakan konsekuensi atau ekspresi dari cara bagaimana ia mengerti eksisitensi keagamaannya. Dengan kata lain eksisistensi-eksistensinya, dalam ia bertindak atau bereaksi secara tetap dalam seluruh hidupnya menurut tujuan dan pemahaman-pemahaman serta keputusan-keputusannya yang dasariah. Baca lebih lanjut