Le Pain de Vie Pour Qui?

(Roti hidup untuk siapa ?)

Banyak orang yang datang untuk mendengarkan Yesus. Mereka semua sangat senang dan gembira mendengarkan apa yang diajarkan Yesus. Ada banyak orang tua, laki-laki dan perempuan, anak-anak dan juga orang-orang Yahudi yang tinggal daerah itu, mereka merupakan orang yang setia untuk menjalankan hukum Taurat seperti yang dipesankan Musa.

Suatu teguran, petunjuk atau nasehat yang dirangkai dalam cerita.

Semua sabda Yesus adalah berasal dari Bapa-Nya di surga. Sabda-sabda tersebut seringkali berbentuk teka-teki atau perumpamaan-perumpamaan yang membutuhkan refleksi atau perenungan dari setiap pendengar-Nya. Yesus tidak mengatakan langsung arti yang sebenarnya dari cerita-cerita-Nya tapi Ia membiarkan agar semua orang bisa merenungkannya sendiri. Ia mengatakan “umat manusia membutuhkan seorang gembala yang baik hati untuk membimbing mereka ke padang rumput yang hijau atau tentang pengajaran Roti yang Hidup…..semuanya membutuhkan perenungan terus-menerus….

Ketika Ia bercerita atau berkotbah memang panjang, persis seperti dilakukan para nabi terdahulu sehingga tidak jarang para pendengarnya merasa lapar karena saking panjangnya. Yesus mampu mengorganisasi para murid-Nya untuk mengumpulkan roti dan beberapa ikan yang ada dan juga mengerakkan hati setiap orang untuk membuka persediaan mereka dan membaginya kepada yang lain. Semua orang bisa makan sampai kenyang bahkan banyak roti dan ikan yang tersisa.

Peristiwa ini harus kita refleksikan. Yesus sendiri yang telah mengatakan semuanya pada kita. Para penginjil menulis ada enam buah Cerita tentang hal ini. Ada beberap kata yang digunakan Yesus yang sungguh sangat bermakna “ Mengambil” “diberkati” “Dipecahkan” dan “dibagikan” empat kata ini kemudian dimaklumkan kembali oleh Yesus saat perjamuan terakhir dengan tujuan untuk mengenangkan Dia. Sekarang kita kata-kata ini kita temui dalam perayaan Ekaristi .

Roti hidup adalah untuk seluruh umat manusia.

Dalam keempat injil ada dua peristiwa yang sangat jelas menggambarkannya yakni perjamuan terakhir “Ekaristi” dan penggadaan Roti. Yesus mengingatkan kita bahwa “Roti Hidup” adalah untuk semua umat manusia. Tentunya, kata-kata Yesus ini harus kita perhatikan tidak hanya berteori tapi sungguh di praktekkan dalam tindakan kita sehari-hari khususnya kita yang mengaku selalu mencari Alla. Yesus telah mempraktekannya bukan hanya berteori. Saya menggarisbawahi hal ini karena zaman sekarang banyak dari kita berbondong-bondong datang untuk merayakan Ekaristi agar kita disebut orang yang beriman atau sekedar untuk dilihat orang lain. Banyak yang datang dari tempat yang cukup jauh untuk berpartisipasi merayakan ekaristi di gereja-gereja Paroki. Hal ini sangat berbahaya bagi kita bila merayakan Ekaristi hanya karena aturan hukum, atau supaya dilihat orang lain. Hal ini sangat berbahaya untuk kehidupan religius umat jaman sekarang. Kita berdoa dan hafal kata-kata yang diucapkan Yesus tapi kita lupa melihat secara keseluruhan apa yang telah dilakukan Yesus yakni “kata-kata-Nya diterapkan-Nya dalam tindakan”

Terbuka kepada semua orang yang mencari Allah.

Kita sangat senang ketika kita menerima “Roti Hidup” dan hal ini merupakan kesempatan yang sangat baik dan tidak dapat disanggah kebenarannya. Kita dibantu untuk merayakannya dengan semangat yang membara, dengan musik dan dengan keheningan yang sangat mendukung. Kekeluargaan yang sangat mesra. Para lektor membaca dengan sangat baik. Koor yang sangat menarik. Semuanya itu sungguh-sungguh membangkitkan iman kepercayaan kita. Kita pantas maju menghadap “Sang Roti Kehidupan Abadi”. Roti Kehidupan ini akan memberikan anak-anak-Nya harapan seperti apa yang dibuatnya di “Kana” atau kepada seluruh umat manusia yang ada dimuka bumi ini.

P. Ionday, MSF,

Tinggalkan komentar